Metode Perubahan Perilaku
Applied Behavior Analysis (ABA) adalah
metode terapan yang menggunakan prosedur perubahan perilaku untuk mengajarkan
seseorang – dalam hal ini penyandang autisme atau autisi – supaya menguasai berbagai
kemampuan dengan ukuran dan nilai-nilai standar yang ada di masyarakat.
Metode ABA banyak dipakai untuk
menangani anak-anak autistik dikarenakan metode ini memiliki beberapa kelebihan
yaitu : terstruktur (teknik mengajar yang jelas), terarah (panduan program yang
dapat dijadikan acuan), terukur (keberhasilan / kegagalan dapat diketahui
dengan pasti).
ABA (Applied Behavior Analysis) yaitu suatu ilmu perilaku
terapan untuk mengajarkan dan melatih seseorang agar menguasai berbagai
kemampuan yang sesuai dengan standart yang ada di msayarakat.
Penggunaan ABA tidak hanya terbatas pada autisme saja,
tetapi sangat luas diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu misalnya olahraga,
manajemen, pendidikan, vocational-skill (keterampilan misalnya dalam melatih pilot
pesawat terbang), dlsb.
Dasar-dasar ABA sudah dikembangkan sejak mulai 1 abad yang lalu, dan melalui berbagaia
penelitian yang lama dan berulangkali. ABA
untuk penyandang autisme pertama kali diterapkan oleh Prof. Ole Ivaar Lovaas
(meninggal dunia pada 2 Agustus 2010 dalam usia 83 tahun) di UCLA (University
of California,LosAngeles)padatahun1962.
Kemudian beliau mempublikasikan hasilnya pada tahun 1967 dan berbagai publikasi
penelitian-penelitian lainnya pada tahun-tahun berikutnya. Publikasi monumental
ini menyebabkan ABA dikenal juga sebagai Metode Lovaas.
Sejak itu sampai sekarang, tehnik-tehnik maupun kurikulum ABA untuk penyandang
autisme sudah sangat dikembangkan oleh para ahli maupun praktisi ABA, dengan
melalui berbagai penelitian dan penerapan, sehingga membuahkan hasil yang
menakjubkan dalam terapi autism. Oleh
karena itulah ABA sangat direkomendasikan oleh NYSDOH (New York State
Department Of Health, 1997) dan US Department Of Health (1999).
Kelebihan ABA untuk penyandang autisme antara lain (tapi tidak terbatas pada
ini saja), yaitu kurikulum yang sistematik, terstruktur dan terukur.
Sistematik yaitu terapi dimulai dari tingkat kemampuan anak saat assessment
(penilaian/pemeriksaan) dibuat, dan apakah prasyarat untuk mengajarkan/melatih
aktivitas/program/kurikulum bersangkutan sudah dikuasai oleh anak, bila belum
maka diajarkan/dilatih terlebih dahulu prasyaratnya.
Kemudian, setelah suatu aktivitas dikuasai, dilanjutkan dengan aktivitas
berikutnya yang sudah jelas urutan-urutan/tahapannya sampai program/kurikulum
berakhir/selesai yaitu anak masuk ke dalam mainstreaming (yaitu anak masuk
sekolah reguler, berkembang seperti anak lain sepantarannya, dan kemudian bisa
hidup mandiri di masyarakat).
Terstruktur, yaitu dalam mengajarkan/melatih suatu aktivitas/program/kurikulum,
digunakan berbagai teknik terapan (misalnya DTT, DT, EO, dlsb) yang telah
diteliti dan dikembangkan oleh para ahli dan praktisi ABA.
Terukur, yaitu digunakan lembar penilaian sehingga kita
semua bisa dengan yakin mengatakan bahwa seorang anak sudah menguasai materi ABA atau belum.
Pada berbagai penelitian, didapatkan bahwa anak-anak autistik yang diterapi
dengan ABA mengalami kemajuan yang pesat dan signifikan dalam hal IQ, bahasa,
kemampuan akademik, dan perilaku adaptif maupun perilaku sosialnya.
Bahkan pada suatu penelitian, beberapa anak “mantan autistik” yang telah
diterapi dengan ABA, dicampur (diikut sertakan) dengan anak-anak yang lain yang
tidak pernah mengalami gangguan perkembangan apapun, kemudian dilakukan tes
oleh para ahli.
Ternyata anak-anak “mantan autistik” yang telah diterapi dengan ABA tersebut
tidak dapat dibedakan dengan anak-anak lainnya yang tidak pernah mengalami
gangguan perkembangan apapun dalam hal IQ, bahasa, kemampuan akademik, dan
perilaku adaptif maupun perilaku sosialnya. Di Indonesia, banyak orang-orang/terapis-terapis dan
tempat-tempat terapi yang mengatakan menggunakan ABA, namun ternyata bukan ABA
sebenarnya atau bisa dikatakan sebagai ABA-ABA-an, ataupun ternyata banyak
salahnya. Sehingga ada orang-orang yang mengemukakan bahwa ABA tidak berhasil,
padahal mereka merujuk pada orang-orang/terapis-terapis atau tempat-tempat
terapi yang demikian itu, sehingga sepatutnyalah bahwa kesalahan itu tidak
ditudingkan kepada ABA.
Ada juga orang-orang dan tempat-tempat terapi yang menggunakan istilah yang
salah, yaitu Behavior Therapy (BT) dan Behavior Modification (BM).
Itu menandakan ketidaktahuan mereka, oleh karena BT digunakan untuk menterapi
perilaku patologis, ump. fobia, depresi, ansietas, chronic pain dlsb.Jadi bukan
untuk menterapi autisme. Sedangkan istilah Behavior
Modification (BM) merupakan istilah kuno (lama/jadul). Yaitu, dalam
perkembangan ilmu perilaku yang bersumber dari Operant Conditioning (Skinner,
1938) dan Respondent Conditioning/Conditioned Reflex (Pavlov, 1989, 1927),
dengan melalui berbagai perkembangan, akhirnya menjadi Behavior Modification
(Watson, 1962; Ullman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar