Pengikut

Senin, Januari 07, 2019

Apa itu Terapi Tingkah Laku


 

Apa itu Terapi Perilaku?

 

Terapi perilaku (behavioral therapy) adalah pengobatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku negatif yang dapat membahayakan pasien serta menangani pikiran dan perasaan yang dapat menyebabkan perilaku yang membahayakan diri sendiri. Terapi ini dapat menangani semua jenis perilaku, mulai perilaku yang dipelajari sampai perilaku akibat pengaruh dari lingkungan sekitar. Untuk melakukan hal ini, terapis perilaku menggunakan gabungan teknik yang sering digunakan untuk mengobati gangguan psikologis.
Terapi perilaku adalah pengobatan yang didasarkan pada kepercayaan bahwa perilaku seseorang sangat berkaitan atau dipengaruhi oleh masalah psikologisnya. Oleh karena itu, perilaku yang bermasalah bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang, melainkan akibat dari pembelajaran, lingkungan, dan pengaruh dari luar.
Ada tiga jenis terapi perilaku, yaitu:
·         Terapi perilaku kognitif – Terapi perilaku kognitif, yang juga dikenal sebagai modifikasi perilaku, adalah metode pengobatan yang disasarkan pada pikiran dan perasaan yang menyebabkan perilaku tertentu dan gangguan jiwa. Terapi ini sering digabungkan dengan pengobatan psikoterapi.
·         Analisis perilaku terapan – Analisis perilaku terapan adalah metode pengkondisian (conditioning) yang menggunakan cara positif untuk mengubah perilaku pasien. Terapi ini berdasarkan pada teori pengkondisian klasik dari Ivan Pavlov dan teori conditioning operant milik B.F. Skinner.
·         Terapi pembelajaran sosial

Siapa yang Perlu Menjalani Terapi Perilaku & Hasil yang Diharapkan

Terapi perilaku merupakan proses pengobatan yang penting bagi pasien yang memiliki kelainan perilaku tertentu, misalnya kebiasaan buruk yang membahayakan keselamatan dan kesehatannya. Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu dan mempersiapkan pasien untuk menghadapi berbagai tantangan tanpa harus beralih ke kebiasaan buruk sebagai mekanisme pertahanan.
Beberapa contoh penyakit yang dapat diobati dengan terapi perilaku adalah:
·         Gangguan kegelisahan (anxiety disorder)
·         Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder/OCD)
·         Gangguan stres pasca trauma (post-traumatic stress disorder/PTSD)
·         Fobia sosial
·         Penyakit bipolar
·         Skizofrenia
·         Depresi
·         Gangguan kepribadian (personality disorder)
·         Gangguan pola makan (eating disorder)
·         Gangguan pemusatan perhatian & hiperaktif (attention deficiency hyperactivity disorder/ADHD)
Terapi perilaku juga bermanfaat bagi pasien yang menderita:
·         Autisme
·         Penyalahgunaan zat mis. penyalahgunaan obat terlarang atau alkohol
·         Nyeri kronis, seperti nyeri yang disebabkan oleh penyakit atau pengobatan untuk penyakit lain
·         Tekanan emosional
Biasanya, pasien yang menderita penyakit atau gangguan yang disebutkan di atas dapat langsung menjalani perawatan dari terapis perilaku atau terapis psikoterapi. Namun, ada beberapa pasien, misalnya pasien yang menderita skizofrenia, yang mendapatkan rujukan dari dokter keluarga atau dokter umum.

Cara Kerja Terapi Perilaku

Terapi perilaku menggunakan teknik yang beragam. Teknik yang dipilih adalah teknik yang memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi, tergantung pada kondisi setiap pasien. Apabila teknik yang utama tidak berhasil, terapis dapat mengubah teknik yang digunakan. Beberapa teknik yang sering digunakan adalah:

Jumlah anak dengan autisme di dunia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam website autismspeaks.org, pada 26 April 2018, 1 banding 59 anak (1 banding 37 anak laki-laki dan 1 banding 151 anak perempuan) di Amerika Serikat memiliki gangguan spektrum autis (autism spectrum disorder (ASD)).
Di Indonesia, pada tahun 2015, satu per 250 anak mengalami gangguan autisme, terdapat kurang lebih 12.800 anak dengan autisme dan 134.000 orang dengan autisme di Indonesia. Adapun website pijarpsikologi.org, yang menyadur dari website dr Widodo Judarwanto, seorang dokter anak dan editor dari klinikautis.com, memprediksi orang dengan autisme akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Namun, pada kenyataannya di Indonesia belum terdapat data yang akurat mengenai jumlah peningkatan anak dengan autisme setiap tahunnya. Bisa jadi hal ini berkaitan dengan pemahaman masyarakat awam akan informasi mengenai autisme.
Banyak orang tua yang belum memahami gejala autisme sejak dini atau masih di tahap penyangkalan, sehingga enggan untuk membuka diri saat anaknya memiliki gejala-gejala autisme yang menyebabkan data pasti jumlah anak dengan autisme di Indonesia masih terbatas.
- -
Di Indonesia, autisme sendiri sudah diakui resmi secara hukum, yaitu diatur di dalam UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Sebelumnya, Indonesia juga sudah meratifikasi Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yang tertuang di dalam UU No. 19 Tahun 2011. Beberapa peraturan menteri juga sudah mengatur mengenai autisme dalam ranah inklusi.
Menurut website pijarpsikologi.org, saat ini telah banyak beredar informasi mengenai penanganan autisme di Indonesia, seperti dibukanya berbagai pusat terapi, terbentuknya berbagai yayasan yang peduli menangani anak dengan autisme, hingga seminar dari dalam maupun dari luar negeri yang membahas mengenai isu autisme.
Penanganan yang dahulu dianggap mustahil pada akhirnya dapat diterapkan pada anak sejak usia dini, meski tidak banyak pihak yang mampu untuk melakukannya. Adapun terapi autisme yang populer di Indonesia antara lain terapi wicara dan terapi sensorik integrasi atau terapi okupasi.
Namun, terapi tersebut belumlah cukup karena, untuk membentuk perilaku anak dengan autisme, diperlukan terapi perilaku dengan ilmu Applied Behavior Analysis atau yang populer disebut ABA.
Sebenarnya pelaksanaan terapi ABA, yang ilmunya diakui secara ilmiah di seluruh dunia ini, ada di bawah pengaturan dan pengawasan organisasi the Behavior Analyst Certification Board, Inc. (BACB). Badan nonprofit berpusat di Amerika Serikat ini didirikan pada 1998, dan bertugas mengakreditasi profesi Behavior Analyst di seluruh dunia. BACB ini jugalah yang mengeluarkan sertifikat profesional ABA yang memenuhi standar Internasional.

Tidak ada komentar: