RETARDASI MENTAL DAN
AUTISME
Retardasi mental adalah kondisi
sebelum usia
18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan
(biasanya nilai IQ-nya
di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.[1]
Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada fungsi intelektual dan
defisit pada kemampuan adaptif yang
terjadi sebelum usia dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi mental lebih
bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan adaptif.[2]
Nilai IQ sekitar 70 atau dibawahnya
2. Adanya defisit atau gangguan pada fungsi adaptif minimal 2 dari fungsi berikut : komunikasi, self-care, tempat tinggal, kemampuan sosial/interpersonal, akademis, kerja, kesehatan, keamanan, penggunaan tempat umum, self-direction, makan.
2. Adanya defisit atau gangguan pada fungsi adaptif minimal 2 dari fungsi berikut : komunikasi, self-care, tempat tinggal, kemampuan sosial/interpersonal, akademis, kerja, kesehatan, keamanan, penggunaan tempat umum, self-direction, makan.
Menurut The American Association on
Mental Deficiency (AAMD), definisi retardasi mental mencakup dua dimensi utama
yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental didefinisikan sebagai
suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah rerata normal disertai
dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang muncul pada periode
perkembangan.
Terdapat dua model pendekatan yang
dipakai yaitu model pendekatan biomedik dan pendekatan sosiokultural. Dari
pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada perubahan-perubahan dasar pada
sistem otak, sedangkan pendekatan sosiokultural menyotroti fungsi-fungsi sosial
dan adaptasi secara umum untuk mengikuti norma-norma yang berlaku. Beberapa
istilah yang dipakai untuk retardasi mental adalah keterbelakangan mental,
lemah ingatan, cacat mental, tuna mental. Istilah asing yang sering digunakan
adalah mental deficiency, oligophrenia, amentia, dan mental subnormality
Prevalensi retardasi mental dari dari
populasi umum sekitar 1-3%. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 1,5:1. Sekitar
85% dari seluruh kasus merupakan kasus Ringan.
Klasifikasi
- Retardasi mental ringan. Antara IQ 50-55 hingga 70. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan level 6. Mereka dapat bekerja ketika dewasa, pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan yang rumit dan mereka bisa mempunyai anak
- Retardasi mental sedang. Antara IQ 35-40 hingga 50-55. Orang yang mengalami retardasi mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi mereka. Banyak yang tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama keluarga atau rumah-rumah bersama yang disupervisi
- Retardasi mental berat . Antara IQ 20-25 hingga 35-40. Umumnya mereka memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar tinggal di institusi penampungan dan membutuhkan bantuan supervisi terus menerus.
Menurut PPDGJ III (1993)
kriteria diagnosis untuk retardasi mental meliputi:
- Fungsi intelektual umum secara bermakna dibawah rata-rata IQ 70 atau lebih rendah pada tes yang dilakukan individual (pada bayi karena tes intelegensi yang tersedia tidak dapat dinilai dengan angka, fungsi intelektual rata-rata dapat dibuat berdasarkan pertimbangan klinik).
- Bersamaan dengan itu, terdapat kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang dipertimbangkan menurut umur dan budaya.
- Timbul sebelum usia 18 tahun
Perbedaan Gejala
Autisme
Anak yang menderita autis biasanya lebih suka bermain sendirian dan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan anak-anak lainnya dan orang dewasa. Anak autis biasanya jarang melakukan kontak mata saat berbicara dan sering melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang. Perubahan apapun pada lingkungan sekitarnya cenderung membuat anak merasa terganggu. Sebagian besar anak autis memiliki IQ normal dan beberapa anak lain bahkan memiliki IQ yang tinggi.
Autisme
Anak yang menderita autis biasanya lebih suka bermain sendirian dan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan anak-anak lainnya dan orang dewasa. Anak autis biasanya jarang melakukan kontak mata saat berbicara dan sering melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang. Perubahan apapun pada lingkungan sekitarnya cenderung membuat anak merasa terganggu. Sebagian besar anak autis memiliki IQ normal dan beberapa anak lain bahkan memiliki IQ yang tinggi.
Anak autis kurang dapat menunjukkan
emosinya dan sulit membangun suatu hubungan atau kedekatan dengan orang lain.
Baik anak autis maupun anak penderita retardasi mental menyukai musik dan
keduanya pun cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya, akan tetapi
anak autis mengalami kesulitan berkomunikasi akibat keterlambatan penyampaian
impuls, sementara anak penderita retardasi mental mengalami kesulitan
berkomunikasi akibat adanya gangguan fungsi otak yang berperan dalam proses
perkembangan keterampilan.
Anak autis seringkali mengulang
kata-kata yang sama dan melakukan suatu gerakan yang sama berulang-ulang.
Retardasi Mental
Anak yang menderita retardasi mental cenderung mengalami keterlambatan perkembangan, termasuk dalam perkembangan berbicara dan berjalan. IQ yang rendah membuat anak memiliki kemampuan daya ingat dan kemampuan belajar serta kemampuan menganalisis yang lebih rendah daripada anak-anak lainnya.
Anak yang menderita retardasi mental cenderung mengalami keterlambatan perkembangan, termasuk dalam perkembangan berbicara dan berjalan. IQ yang rendah membuat anak memiliki kemampuan daya ingat dan kemampuan belajar serta kemampuan menganalisis yang lebih rendah daripada anak-anak lainnya.
Seringkali, anak yang mengalami
retardasi mental juga mengalami fase vegetatif total yang membatasi perilaku
dan pergerakan anak. Selain itu, anak penderita retardasi mental juga
membutuhkan perhatian khusus dan seringkali tidak dapat hidup mandiri.
Berbeda dengan anak autis, anak dengan
retardasi mental mudah menjalin ikatan atau kedekatan dengan orang lain.
Perbedaan Pengobatan
Bagi anak penderita autis, diperlukan terapi konseling dan pendidikan khusus yang membuat mereka lebih dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak lainnya. Anak autis seringkali juga mengalami kesulitan untuk menunjuk suatu benda tertentu sehingga diperlukan pendidikan khusus agar mereka mampu menunjuk benda yang tepat.
Perbedaan Pengobatan
Bagi anak penderita autis, diperlukan terapi konseling dan pendidikan khusus yang membuat mereka lebih dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak lainnya. Anak autis seringkali juga mengalami kesulitan untuk menunjuk suatu benda tertentu sehingga diperlukan pendidikan khusus agar mereka mampu menunjuk benda yang tepat.
Untuk merawat anak penderita retardasi
mental, diperlukan kesabaran dan kasih sayang serta perhatian yang lebih karena
mereka memiliki kecepatan belajar yang lebih lambat daripada anak-anak lainnya.
Anak penderita retardasi mental akan mengalami kesulitan saat harus melakukan
sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir, logika, dan analisa. Oleh karena
itu, pendidikan khusus yang diberikan lebih bertujuan untuk mengajar suatu
keterampilan khusus sehingga mereka dapat hidup mandiri, baik dalam segi
keuangan maupun berkomunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar