Pengikut

Jumat, Maret 21, 2014

GANGGUAN PERKEMBANGAN JIWA MASA KANAK



GANGGUAN PERKEMBANGAN JIWA MASA KANAK

Kesehatan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian, yang umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Keys, 1998). Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%.
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah.
Gangguan spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak meliputi retardasi mental, gangguan perkembangan, gangguan perkembangan, gangguan eliminasi, gangguan perilaku disruptif, dan gangguan ansietas. Gangguan yang terjadi pada anak-anak dan juga terjadi pada masa dewasa adalah gangguan mood dan gangguan psikotik. Gejala-gejala gangguan jiwa pada anak-anak atau remaja berbeda dengan orang dewasa yang mengalami gangguan serupa.
Jenis Gangguan Jiwa Anak-anak
1. Gangguan perkembangan pervasif. Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.
a. Retardasi mental.
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan substandar dalam berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.
b. Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dan gerakan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan kepala)
c. Gangguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmetika, bahasa, dan artikulasi verbal.
2. Defisit perhatian dan gangguan perilaku disruptif
a. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di sedikitnya dua tempat (mis., di sekolah dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).
b. Gangguan perilaku
Dicirikan dengan perilaku berulang, disruptif, dan kesengajaan untuk tidak patuh, termasuk melanggar norma dan peraturan sosial. Sebagian besar nak-anak dengan gangguan ini mengalami penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian antisosial setelah berusia 18 tahun. Contoh perilaku pada anak-anak dengan gangguan ini meliputi mencuri, berbohong, menggertak, melarikan diri, membolos, menyalahgunakan zat, melakukan pembakaran, bentuk vandalisme yang lain, jahat terhadap binatang, dan serangan fisik terhadap orang lain.
 MASALAH GANGGUAN PERKEMBANGAN BAHASA DAN PERILAKU PADA ANAK
DISLEKSIA
a.       Defenisi
Disleksia adalah gangguan perkembangan pada otak sejak lahir  ditandai dengan ketidakmampuan belajar anak di usia sekolah dalam hal membaca dan menulis, atau ketidakmampuan belajar terutama mengenai bahasa yang mempengaruhi kemampuan mempelajari kata-kata, membaca dan menulis meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-rata, memiliki kesempatan pendidikan yang cukup serta memiliki penglihatan dan pendengaran yang normal.

b.      Penyebab
Kelainan otak bawaan sejak lahir disebabkan perkembangan otak pada masa janin yang mengalami hambatan/gangguan.

c.       Ciri-ciri
Sulit mengingat huruf, angka, kesulitan dalam mengiramakan kata, mengenal posisi bunyi dan memisahkan kata perkata.

d.      Contoh kesalahan membaca dan menulis anak dengan disleksia
1)      Kesalahan dalam membaca permulaan kata, misal huruf “A” dibaca “Z”, huruf “H” dibaca “N”.
2)      Kesalahan dalam membaca teknis, misal “api” dibaca “upi”, “pulau” dibaca “palu”.
3)      Kesalahan dalam menentukan huruf waktu di dikte, misal huruf “b” diganti “d”.
4)      Kesalahan dalam menuliskan kata pada saat di dikte, misal “bola” ditulis “boal”, “pohon” ditulis “popn”
5)      Kesalahan dalam menulis kata pada ketika menulis sendiri, misal “jerapah” ditulis “jerpah”, “helikopter” ditulis “hekofter”.

e.       Penanganan
1)      Manajemen kelas kecil, misal 10 anak dengan 2 orang pembimbing.
2)      Pendekatan multisensory. Agar siswa lebih mudah memahami pelajaran, guru menyampaikan materi melalui berbagai indra ( penglihatan, pendengaran, sentuhan, pengamatan langsung).
3)      Ukuran huruf-huruf yang besar. Dalam pelajaran membaca, huruf dibuat dalam ukuran besar dan diberi tanda khusus, misal huruf “b” warna merah, huruf “d” warna hijau.
4)      Fokus step by step. Dalam pelajaran membaca dan menulis, fokuskan pada satu huruf dahulu secara berulang-ulang, setelah anak bisa mengingat dan menuliskannya kembali tanpa ada kesalahan baru berpindah pada huruf berikutnya.
5)      Membaca Teknis. Memulai pelajaran dari hal yang sudah dikuasai siswa, membaca bacaan bergambar dan menjawab pertanyaan dari bacaan tersebut, membedakan huruf “b” dan “d” dengan tangan kanan dan tangan kiri, di kelas formal beri kesempatan siswa dengan disleksia mendapat giliran membaca paling akhir dari teman-temannya.
6)      Kegiatan ekstrakurikuler. Dalam hal ini dikhususkan pada pelajaran membaca, menulis dan berhitung untuk meminimalisir kesulitan belajar siswa.
7)      Pelatihan keterampilan sosial. Hal ini untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya, siswa juga diarahkan untuk memahami kesulitan belajar yang ia hadapi serta cara-cara mengatasinya.

Tidak ada komentar: