Sekolah Inklusif? Bagi orang tua atau mereka yang berhubungan
dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), perdebatan akan pendidikan inklusif
berlangsung. Sebenarnya, apa saja plus minus sistem pendidikan ini.
Lebih Dekat dengan Pendidikan Inklusif
Selama ini, pendidikan bagi ABK dibagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu
Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Pendidikan
Terpadu. Dalam SLB, anak-anak
yang memiliki kebutuhan khusus yang sama disatukan dalam satu tempat. Maka,
dikenallah SLB Tunarungu, SLB Tunagrahita, SLB Tunanetra, dan sebagainya. Berbeda dengan SDLB yang menampung
berbagai anak berkebutuhan khusus dengan kekhususan berbeda-beda. Sehingga, di
dalam satu kelas sangat mungkin terdapat anak tunarungu, tunagrahita,
tunanetra, atau tunadaksa. Sedangkan pendidikan terpadu adalah sekolah umum
yang juga menampung anak berkelainan. Pendidikan terpadu inilah yang kemudian
dikenal dengan pendidikan inklusif.
Landasan awal kemunculan pendidikan inklusif adalah kenyataan
bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan ABK yang tentunya mereka
bersosialisasi dalam sebuah komunitas. Maka, menurut Freiberg, anak berkelainan
harus didik bersama anak-anak lainnya untuk mengoptimalkan segala potensi yang
mereka miliki.
Pada Bulan Juni, 1994, dalam Konferensi Dunia tentang Pendidikan
Berkelain, Salamanca menyatakan bahwa prinsip mendasar pendidikan inklusif
adalah selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa
memandang kesulitan atau perbedaan yang mungkin ada pada mereka.
Di Amerika Serkat diperkirakan hanya sekitar 0,5% ABK yang
bersekolah di sekolah khusus, sedangkan selebihnya berada di sekolah biasa
(Ashman dan Elkins, 1994). Sedangkan di Inggris, berkisar tahun 1980an hingga
1990an saja, peserta didik di sekolah khusus diproyeksikan menurun dari
sembilan juta menjadi sekitar dua juta orang, karena kembali ke sekolah biasa
(Warnock, 1978), dan ternyata populasi peserta didik di sekolah khusus kurang
dari 3% dari junlah anak berkelainan (Fsh, 1985).
Pendidikan inklusif merupakan sekolah yang menyediakan program pendidikan
yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Lebih dari itu, sekolah inklusif juga merupakan tempat setiap anak dapat
diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru
dan teman sebanyanya, maupun anggota masyarakat lainnya agar kebutuhan
individualnya dapat terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar