Pengikut

Senin, September 30, 2013

KENDALA PENYANDANG AUTIS SAAT BERADA DI SEKOLAH




Berapa besar kemungkinan anak autis berbaur dengan murid lain di sekolah biasa?
Kemungkinan selalu ada. Akan tetapi semua itu tergantung pada kemampuan anak autis tersebut dan apakah sistem pendidikan atau fasilitas di sekolah ’biasa’ itu mendukung berbaurnya anak autis dengan murid-murid lain dalam kelar reguler.
Apakah pada akhirnya anak autis dapat hidup di lingkungan umum tanpa perlakuan khusus?
Untuk beberapa kasus yang amat jarang terjadi (sampai saat ini), ada individu dengan autisma dengan kemampuan berkomunikasi yang memadai, tingkat inteligensi yang memadai, serta pendidikan dapat mendukung dirinya untuk mandiri dan berbaur dengan lingkungan tanpa perlakuan khusus. Hal ini bergantung pada faktor internal (diri anak autis sendiri) dan faktor eksternal, yaitu lingkungan, apakah sistem di lingkungan mendukung atau memungkinkan anak autis untuk dapat berfungsi secara baik dalam kesehariannya.
Jenis-jenis Masalah Siswa di Sekolah Dasar
Sikap dan perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa puber dan sebagai akibatnya, anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan.
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
  1. kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
  2. ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
  3. sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
  4. kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
  5. bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

D.  Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Adapun masalah-masalah siswa yang umumnya ditemukan dalam proses belajar, yaitu masalah gangguan sosial emosional, berikut beberapa contoh gangguan sosial emosional yang nampak di kelas yaitu :
  1. Anak hiperaktif, anak seperti ini cenderung tidak bisa duduk diam. Ia cenderung bergerak terus-menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lompat, bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka mengganggu temannya bahkan gurunya.
  2. Distractibility child adalah anak yang cenderung cepat bosan. Ia sering kali mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
  3. Anak impulsif. adalah anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi pertanyaan di kelas.Namun, jawaban yang diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
  4. Learning disability adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
  5. Slow learner adalah anak yang sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
Mengatasi Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah-masalah emosional dan perilaku di kelas adalah dengan mencegah terjadinya masalah ini. Sementara tidak semua masalah emosional dan perilaku dapat dicegah, suatu pendekatan proaktif jauh lebih efekif dibanding dengan cara yang semata-mata hanya merespon terhadap masalah. Cara ini juga memberikan hubungan komunikasi yang saling memuaskan yang mungkin sebelumnya diterima dengan lebih negatif oleh siswa maupun guru.
Beberapa cara yang mungkin dapat meningkatkan perilaku positif siswa :
  1. Memberikan penjelasan dan harapan-harapan pada emosi dan perilaku siswa yang diinginkan sejelas mungkin bagi mereka.
  2. Menunjukkan dan memberi penjelasan pada siswa terhadap hal-hal yang negatif dan tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
  3. Memerikan perhatian dan pengakuan kepada siswa atas sifat-sifat dan prestasi yang positif untuk dinyatakan pada siswa setiap hari.
  4. Memberikan contoh sikap, kebiasaan kerja dan hubungan interaksi dan komunikasi yang positif.
  5. Selalu memberikan motivasi-motivasi positif kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
  6. Mempersiapkan pola pengajaran dan memberikan kurikulum yang tersusun dengan baik, dan cara penyampaian yang efektif, kreatif, yang dapat menjadikan siswa aktif.
  7. Memberikan bimbingan belajar khusus pada siswa yang memang memerlukan.
Tujuan bimbingan belajar ini antara lain :
  1. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
  2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri atau kelompok.
  3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.
Maka dengan hal-hal tersebut diharapkan siswa dapat memahami dan dapat mengontrol segala tindakan emosi dan tingkah lakunya di sekolah juga di lingkungan kehidupan bermasyarakat.

Tidak ada komentar: