Pengikut

Kamis, April 26, 2012

PENGAJARAN INTENSIF MENGGUNAKAN DTT, BAGI ANAK AUTIS


Seperti kita ketahui bersama, bahwa anak autis sangat sulit untuk mengikuti pembelajaran, sebagaimana yang dilakukan pada anak dengan kondisi typical-neuro development. Kita sepakat bahwa dengan pembelajaran yang sistematik, konsisten dan instruksi yang disertai dengan prompt (bantuan)-correct responding (reinforcement)-akan membuat pemahaman anak semakin meningkat.
Metode yang dapat digunakan adalah DTT (discreate trial terapy), yang tidak sama dengan pembelajaran “biasa”, karena peserta didik yang dihadapi adalah, anak dengan kondisi autis, dimana mereka pada umumnya belum paham terhadap perintah/tidak merespon apa yang disampaikan oleh terapist. Hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang terapist adalah, mempersiapkan suatu IEP (individual educational program), yang memuat beberapa hal yang menjadi kekurangan/deficit dari anak autis, yang biasanya terdiri dari deficit bidang bahasa/komunikasi, perilaku dan interaksi sosial.
Untuk mengajarkan anak dengan gangguan bahasa/komunikasi, dapat dirancang dengan memodifikasi lingkungan agar dapat “memancing” anak mengungkapkan apa yang ia inginkan. Misalkan anak tertarik dengan komputer/TV, maka dapat disetting sebuah ruangan yang khusus untuk bermain komputer dan melihat televisi, dimana anak dapat masuk ke ruangan tersebut, setelah mengikuti pembelajaran dari guru dikelas yang lain. Keinginan anak untuk menyampaikan apa yang ia mau, merupakan suatu dasar dalam komunikasi dua arah
Meningkatkan keinginan anak untuk bermain dengan lebih banyak mainan, bermain pura-pura, yang merupakan suatu dasar dalam berinteraksi dengan orang lain.
Untuk memperkenalkan kosa kata baru, dapat digunakan hal-hal alamiah yang ada di lingkungan sekitar anak sebagai salah satu media. Misalkan untuk warna “kuning”, dapat diajarkan dengan benda yang sama, namun terdiri dari beberapa warna, seperti “permen merah”, “permen biru” dan “permen hijau”.
Ada tiga hal utama yang yang menjadi inti dari metode DTT,
1)     Instruksi dari guru/terapist ;
2)     Respon anak terhadap instruksi;
3)     Feedback dari terapist terhadap respon anak (benar



















































































































/salah)

bersambung........

Tidak ada komentar: