Pengikut

Minggu, Juni 22, 2008

APAKAH KESULITAN BELAJAR ITU ?

Pada dasarnya tidak ada definisi yang baku tentang Learning Disability ( LD ). Namun ada beberapa hal yang disepakati oleh berbagai kalangan, yaitu :

1. LD, merupakan gangguan perkembangan dan kemampuan dibidang akademik. Gangguan ini menunjukkan adanya perbedaan antara potensi untuk belajar dan apa yang dicapai.

2. LD, tidak selalu disertai dengan gangguan perkembangan lainnya (seperti gangguan bahasa, gangguan fisik, gangguan pada fungsi penglihatan dan pendengaran ).

3. LD, tidak disebabkan oleh lingkungan yang tidak mendukung proses belajar anak.

4. LD, BUKAN merupakan gangguan Retardasi Mental dan atau gangguan emosi.

BAGAIMANA PREVALENSI DARI LD ?

6 – 10 % populasi usia sekolah mengalami LD, pada sekolah-sekolah di US. Dan sekitar 40 % dari anak – anak yang berada pada sekolah khusus, termasuk dalam LD. Sekitar 6 juta orang dewasa diperkirakan mengalami LD. (sumber : The Foundation for Children with Learning Disability, 1998-2007 ).

BAGAIMANA KASUS LD BISA DI DETEKSI ?

Beberapa observasi umum dapat dibuat untuk mengetahui kasus LD :

1. Beberapa anak mengalami perkembangan dan kematangan yang lebih lambat dibandingkan dengan rata- rata anak pada usia yang sama. Sehingga menunjukkan adanya hasil yang lebih buruk, saat mengerjakan tugas atau test pada sekolah formal. Kondisi ini biasa disebut dengan maturational lag

2. Beberapa anak yang mempunyai penglihatan dan pendengaran yang normal, pada kasus LD, mengalami gangguan interpretasi terhadap obyek dan suara, yang kemungkinan disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf.

3. Ada kasus LD yang disebabkan luka / trauma pada masa kanak.

4. Anak – anak dengan kelahiran premature dan anak dengan gangguan kesehatan yang serius pada masa – masa awal kelahiran, mempunyai kecenderungan LD.

5. LD, ada kecenderungan terjadi pada keluarga yang mempunyai riwayat LD dan gangguan perkembangan lainnya.

6. LD, lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Hal ini kemungkinan terjadi karena anak laki-laki mengalami ”kematangan” seksual yang lebih lama dibandingkan dengan anak perempuan.

7. Beberapa kasus LD, memiliki kaitan dengan gangguan bicara, gangguan pengucapan dalam bahasa-bahasa inggris. Indikasi gangguan bicara ini, lebih sedikit ditemukan pada negara-negara yang menggunakan bahasa Spanyol dan Italy sebagai bahasa pengantar.

BAGAIMANA TANDA- TANDA AWAL DARI LD.

Individu dengan gejala LD, memiliki tingkat atau gejala yang bermacam – macam. Beberapa diantaranya memiliki kesulitan dalam membaca, berhitung, pemahaman bahasa, menulis, kemampuan komunikasi, dan kemampuan berargumen. Ada juga gejala yang menyertai, seperti hyperaktifitas dan inatensi, namun tidak termasuk / dikategorikan dalam kasus LD.

LD memiliki karakteristik utama, yaitu adanya perbedaan yang mencolok dibandingkan anak-anak seusianya di sisi intelegensi dan kemampuan secara umum.

LD memiliki gangguan yang utama di :

1. Kemampuan berkomunikasi : adanya keterlambatan, gangguan di sisi intepretasi pendengaran dan bahasa.

2. Kemampuan menulis : disertai dengan kesulitan membaca, menulis, dan pengucapan kata- kata teretntu.

3. Berhitung : kesulitan dalam pengerjaan soal-soal matematika dan pengertian konsep-konsep dasar.

4. Penalaran : kesulitan dalam mengintegrasikan atau mengorganisasikan suatu konsep pemecahan masalah secara abstrak.

5. Memory : Kesulitan dalam mengingat informasi atau perintah.

Beberapa gejala yang mungkin berhubungan dengan LD.

1. Hasil yang buruk dalam test kelompok.

2. Kesulitan dalam membedakan ukuran, bentuk, dan warna berbagai benda.

3. Kesulitan dalam memahami konsep waktu.

4. Gangguan dalam memahami konsep tubuh ( kiri – kanan ).

5. Koordinasi visual motor yang buruk.

6. Hyperaktifitas.

7. Kesulitan dalam meniru / imitasi gerakan dari model yang tampak.

8. Lambat dalam menyelesaikan pekerjaan.

9. Mudah menyerah atau putus asa terhadap instruksi yang dirasa terlalu sulit.

10. Kesulitan dalam pemahaman masalah secara abstrak.

11. Sering terobsesi terhadap obyek atau topik tertentu.

12. Memory jangka pendek atau jangka panjang yang buruk.

13. Rasa toleransi yang rendah terhadap stres.

14. Gerakan yang berlebihan saat tidur.

15. Hubungan sosial yang buruk.

16. Adanya rasa senang atau gembira yang berlebihan saat melakukan suatau hal yang disenanginya.

17. Terlalu mudah terganggu / kesulitan dalam konsentrasi.

18. Kesulitan dalam menentukan atau membuat suatu keputusan.

19. DLL

Setelah melihat gejala-gejala diatas, perlu diingat bahwa ;

1. Tidak ada satu individu LD yang mempunyai semua gejala diatas.

2. Dalam suatu populasi LD, beberapa gejala ada kemungkinan lebih menonjol dibandingkan dengan kasus LD yang lain.

3. Setiap individu yang ” normal” nungkin mempunyai 2 atau lebih seperti gejala-gejala diatas.

Dari beberapa gejala diatas, kemungkinan bisa di dimasukkan kedalam DISLEKSIA ataupun ADHD.

APA YANG HARUS DILAKUKAN ORANG TUA, JIKA ANAKNYA DIINDIKASIKAN LD.

Sebaiknya orang tua menghubungi pihak sekolah untuk mengadakan test dan evaluasi. Jika ternyata hasilnya menunjukkan bahwa anak perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus, maka pihak sekolah dan orang tua segera menyiapkan IEP ( individual educational program ). Dalam IEP ini digambarkan secara detail berbagai hal mulai dengan rencana program, perlu tidaknya melakukan remedial dan pemberian materi yang menjadi kebutuhan anak.

Sejalan dengan itu, orang tua hendaknya menghubungi dokter anak, untuk mendapatkan penilaian secara menyeluruh, termasuk bila anak kemnungkinan mengalami gangguan pada penglihatan dan pendengaran, yang mengakibatkan anak mengalami kendala di sekolah.

BAGAIMANA REAKSI ORANG TUA DARI ANAK DENGAN KASUS LD ?

Riset membuktikan bahwa reaksi orang tua, sangat tergantung kapan dan bilamana orang tua mendapatkan atau mengetahui anaknya mengalami handycap. Sebagai contoh, jika anak sejak awal sudah diketahui mengalami ”kelainan”, orang tua biasanya menjadi lebih waspada dan ”care” terhadap masalah ini.

Namun untuk kasus LD, pada perkembangan usia pra sekolah seringkali tidak terlalu ”tampak” sehingga sering tidak ”dipedulikan”, meskipun pada dasarnya anak mereka mengalami masalah ini.

Masalah baru muncul saat anak mereka masuk jenjang pendidikan dasar, dimana orang tua baru ”sadar” bahwa anaknya mengalami sesuatu yang ”berbeda” dibandingkan teman-temannya.

Riset oleh Eleaner Whitehead, menujukkan bahwa orang tua dari anak dengan LD, menunjukkan beberapa reaksi , sebelum benar-benar menerima kondisi anaknya. Beberapa reaksi / tahapan secara keseluruhan, tidak bisa diprediksi. Orang tua kemungkinan memberikan berbagai macam reaksi secara berubah – ubah sampai kepada suatu reaksi yang menetap.

Beberapa tahapan tersebut antara lain :

1. Denial : “…..hal ini benar-benar suatu kesalahan, saya mempunyai anak, bukan untuk membuat saya dan dia menderita….”.

2. Blame : “…..ini adalah anakmu, kamu berharap terlalu banyak, tidak ada dalam keluargaku yang mempunyai keturunan seperti itu…….”.

3. Fear :” …….kemungkinan mereka tidak mengatakan hal yang sebenarnya kepada saya, apakah hal yang sebenarnya lebih buruk dari yang mereka katakan ? akankah ia akan dapat melanjutkan sekolah, berkeluarga, seperti manusia pada umumnya ?......”

4. Envy :”……..mengapa ia tidak dapat seperti saudara-saudara yang lainnya?.................”

5. Mourning :”…… tentunya ia akan menjadi orang yang sukses, bila tidak mengalami LD…..”

6. Bargaining : ”........tunggu, liat sampai tahun depan, kemungkinan masalah ini akan teratasi dengan sendirinya.....”

7. Anger : ”.........guru dan dokter itu tidak tahu apapun !, saya tidak suka menyekolahkan anak saya di sekolah itu, saya akan mencari sekolah yang lebih ”baik” bagi anak saya.....”

8. Isolation :”..........tidak ada seorangpun yang peduli dengan anak saya, semua orang tidak ada yang memahami kondisi ini......”

9. Flight :”........mari kita mencoba terapi ini, kita coba dari klinik yang satu ke klinik yang lain, sampai ada seseorang yang mengatakan kepada saya hal yang saya ingin dengar...”

10. dll

Itulah beberapa reaksi dari orang tua, namun beberapa reaksi ini benar – benar tidak bisa diprediksi sama antara individu yang satu dengan yang lainnya. Beberapa faktor hubungan suami isteri yang tidak harmonis, akan semakin memperburuk suasana dan menimbulkan reaksi negatif yang lebih banyak.

Namun dari semua itu, saat ini sudah banyak anak anak yang dahulu didiagnosa LD, beberapa sudah mencapai kedudukan yang baik, ada yang menjadi pengusaha, dokter, guru dll. Ditambah lagi saat ini, dengan adanya lembaga pendidikan khusus, anak dengan diagnosa LD mendapatkan intervensi dini dan tata laksana secara holistik, sehingga dapat ”mengentaskan” kondisi mereka kearah yang lebih baik.