Pengikut

Senin, Mei 27, 2019

Bagaimana implikasi gangguan komunikasi dalam proses pendidikan anak ?


 

Proses pembelajaran didapat melalui proses komunikasi. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam komuniksi aktif dan interaktif dengan sebaya dan orang dewasa di lingkungan sekolah merupakan hal utama yang dibutuhkan seorang anak dalam mendulang sukses di sekolah.

Gangguan mendengar, bicara, membaca dan menulis akhirnya menimbulkan gangguan berkomunikasi. Pada anak usia sekolah terjadi penambahan kosa kata yang luar biasa banyaknya disertai kemampuan abstraksi yang semakin matang. Membaca dan menulis mulai diajarkan, dan dengan bertambahnya usia, pemahaman dan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi menjadi semakin kompleks. Ketrampilan berkomunikasi sangat kritis dibutuhkan dalam belajar
Anak dengan gangguan komunikasi seringkali menunjukkan prestasi akademis yang kurang baik karena mereka perlu berjuang untuk membaca, mengalami kesulitan memahami dan mengekspresikan pikirannya, tidak dapat menginterpretasikan simbol-simbol sosial, akhirnya anak menolak pergi ke sekolah, bahkan tidak jarang sampai tidak mau mengikuti tes yang diwajibkan.

Karena seluruh gangguan komunikasi memiliki potensi untuk mengakibatkan anak terisolir dari lingkungan sosial dan pendidikannya, maka sangat penting untuk melakukan intervensi dini.. Karena organ otak berkembang pesat di usia dini kehidupan, seorang anak akan lebih mudah mempelajari ketrampilan berkomunikasi pada periode usia sebelum 5 tahun. Jika anak memiliki gangguan otot, gangguan pendengaran, atau keterlambatan dalam perkembangan, biasanya kemampuan berbahasa, berbicara dan kemampuan di bidang lain yang berhubungan juga akan terpengaruhi.

Intervensi apa yang dapat dilakukan?

Dalam usaha meningkatkan kemampuan anak, dibutuhkan tim yang solid yang terdiri dari guru, speech language pathologist, audiologist, dan orang tua tentunya. Namun sebelumnya dokter anak akan mengidentifikasi gangguan komunikasi apa yang dialami anak tersebut, salah satunya dengan mencek fungsi pendengaran anak bekerja sama dengan dokter Ahli Telinga Hidung Tenggorokan.

Speech-language pathologist akan membantu anak dengan gangguan komunikasi dengan cara memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik anak tersebut. Dia juga akan mengkonsultasikan kondisi anak dengan guru disekolah sehingga diharapkan pihak sekolah dapat mengakomodasi situasi belajar yang paling maksimal yang dapat mendukung kemampuan komunikasi anak; juga bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mendiskusikan teknik-teknik terapi yang paling efektif dan paling cocok diterapkan untuk masalah spesifik anak tersebut. Penggunaan alat bantu dengar sangat bermakna bagi anak dengan gangguan dengar sedang sampai berat. Anak yang tuli membutuhkan stimulasi dini yang konsisten dan juga alat bantu komunikasi lain seperti „sign language“, „finger spelling“, bahasa isarat dan juga tentunya alat bantu dengar tersebut.

Teknologi yang canggih juga banyak membantu anak anak yang mengalami gangguan bicara/bahasa akibat keterbatasan fisik. Penggunaan media komunikasi elektronik dapat membantu individu berkomunikasi tanpa bicara langsung sehingga mereka tetap dapat mengkomunikasikan isi pikirannya. 

Timbulnya gangguan emosional dalam komunikasi dapat menyebabkan proses komunikasi yang kurang efektif. Emosi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari individu. Dalam proses komunikasi, emosi bisa timbul begitu saja terutama terkait dengan pengiriman informasi, proses penyaluran informasi hingga penerimaan informasi (baca juga: Elemen komunikasi interpersonal). Bila terjadi gangguan emosional, maka komunikasi yang berlangsung bisa saja menjadi rusak dan kurang begitu dipahami. Tentu saja ini perlu dihindari sehingga kita bisa tetap melangsungkan komunikasi sesuai dengan tujuan awal.
Ada beberapa jenis dari gangguan emosional ini yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi. Kita bisa mengidentifikasinya supaya bisa mengatasi gangguan tersebut dan tidak menyebabkan rusaknya proses komunikasi yang ada. Berikut ini adalah beberapa macam gangguan emosional yang mungkin saja bisa terjadi selama tahap-tahap komunikasi sedang berlangsung:
1.      Obsesif kompulsif
Obsesif kompulsif merupakan salah satu bentuk dari gangguan emosional yang bisa mengganggu proses komunikasi. Seseorang mungkin akan banyak berdecak atau melakukan hal-hal lain yang sifatnya sangat mendistraksi. Untuk mengatasinya, kita perlu memfokuskan pihak yang terlibat dalam komunikasi dan membuat suasana yang nyaman sehingga gejala obsesif kompulsif ini tidak muncul.
2.      Kecemasan
Seseorang yang cemas akan memiliki persepsi lebih sempit. Ini akan membuat proses komunikasi tidak berjalan dengan baik. Seseorang dengan persepsi yang menyempit akan sulit menerima informasi baru. Oleh karenanya, kita perlu mengatur supaya seseorang lebih tenang terlebih dahulu baru melanjutkan proses komunikasi. (Baca juga: Saluran komunikasi dalam organisasi)
3.      Panik
Akumulasi dari kecemasan yang berlebihan adalah panik. Panik biasanya akan mempersempit persepsi seseorang hingga hampir semua jenis informasi yang diterimanya akan ditolak. Ini jelas akan membuat proses komunikasi tidak efektif sama sekali. Untuk mengatasinya, kita bisa menenangkan lawan bicara terlebih dahulu hingga persepsinya kembali meluas.
4.      Konflik
Konflik yang terjadi akan menimbulkan suatu hal yang lebih sensitif bagi seseorang. Seseorang mungkin akan cenderung memberikan sikap penolakan karena sedang menghadapi konflik. Bila sudah demikian, maka proses komunikasi jelas tidak akan terjadi dengan baik karena adanya gangguan emosional dalam komunikasi. Konflik merupakan hambatan komunikasi antar pribadiyang bisa terjadi.
5.      Frustasi
Frustasi biasanya disebabkan oleh penyampaian pesan yang gagal atau kegagalan dalam menerima pesan tersebut. Frustasi ini akan menyebabkan seseorang dalam keadaan stress tinggi. Masing-masing koping seseorang akan berbeda-beda. Ada yang akan mengabaikannya dan meninggalkan proses komunikasi, namun ada yang kemudian tetap maju dan menimbulkan kesan kurang baik.
6.      Marah
Bentuk frustasi yang terkumpul tadi kemudian akan direpresentasikan dalam amarah. Ini adalah gangguan emosi yang biasanya akan memicu terjadinya konflik. Manakala seseorang tidak berkenan dengan apa yang menjadi kepercayaannya, biasanya respon marah bisa terjadi. Perasaan yang tersinggung adalah penyebab utama dari marah.
7.      Pasif
Sikap pasif juga bisa ditunjukkan sebagai bentuk dari pengabaian terhadap proses komunikasi yang kurang berhasil tadi. Seseorang akan cenderung menunjukkan sikap yang tidak peduli dan tidak berminat sama sekali terhadap proses komunikasi. Ini merupakan gangguan emosi yang mungkin memerlukan pendekatan khusus supaya kepercayaan seseorang bisa dibangun lagi. (Baca juga: Teori pertukaran sosial)
8.      Agresif
Agresivitas sebenarnya hampir mirip dengan amarah, namun agresivitas tidak selalu berarti negatif. Seseorang yang hiperaktif mungkin akan selalu banyak berbicara dan mendominasi sehingga jalannya komunikasi tidak efektif. Ini adalah gangguan emosional dalam komunikasi yang termasuk sering kali dialami banyak orang.
Demikian penjelasan terkait apa saja gangguan emosional dalam komunikasi yang ternyata bisa menimbulkan kesalahpahaman antara komunikan juga komunikator. Oleh karena itu harus didistorsi agar timbul komunikasi yang efektif.

Tidak ada komentar: