Proses
pembelajaran didapat melalui proses komunikasi. Kemampuan untuk berpartisipasi
dalam komuniksi aktif dan interaktif dengan sebaya dan orang dewasa di
lingkungan sekolah merupakan hal utama yang dibutuhkan seorang anak dalam
mendulang sukses di sekolah.
Gangguan
mendengar, bicara, membaca dan menulis akhirnya menimbulkan gangguan
berkomunikasi. Pada anak usia sekolah terjadi penambahan kosa kata yang luar
biasa banyaknya disertai kemampuan abstraksi yang semakin matang. Membaca dan
menulis mulai diajarkan, dan dengan bertambahnya usia, pemahaman dan penggunaan bahasa
sebagai alat komunikasi menjadi semakin kompleks. Ketrampilan berkomunikasi
sangat kritis dibutuhkan dalam belajar
Anak
dengan gangguan komunikasi seringkali menunjukkan prestasi akademis yang kurang
baik karena mereka perlu berjuang untuk membaca, mengalami kesulitan memahami
dan mengekspresikan pikirannya, tidak dapat menginterpretasikan simbol-simbol
sosial, akhirnya anak menolak pergi ke sekolah, bahkan tidak jarang sampai
tidak mau mengikuti tes yang diwajibkan.
Karena
seluruh gangguan komunikasi memiliki potensi untuk mengakibatkan anak terisolir
dari lingkungan sosial dan pendidikannya, maka sangat penting untuk melakukan
intervensi dini.. Karena organ otak berkembang pesat di usia dini kehidupan,
seorang anak akan lebih mudah mempelajari ketrampilan berkomunikasi pada
periode usia sebelum 5 tahun. Jika anak memiliki gangguan otot, gangguan
pendengaran, atau keterlambatan dalam perkembangan, biasanya kemampuan
berbahasa, berbicara dan kemampuan di bidang lain yang berhubungan juga akan
terpengaruhi.
Intervensi apa yang dapat dilakukan?
Dalam
usaha meningkatkan kemampuan anak, dibutuhkan tim yang solid yang terdiri dari
guru, speech
language pathologist, audiologist, dan orang tua tentunya. Namun
sebelumnya dokter anak akan mengidentifikasi gangguan komunikasi apa yang
dialami anak tersebut, salah satunya dengan mencek fungsi pendengaran anak
bekerja sama dengan dokter Ahli Telinga Hidung Tenggorokan.
Speech-language
pathologist akan
membantu anak dengan gangguan komunikasi dengan cara memberikan terapi yang
sesuai dengan kebutuhan spesifik anak tersebut. Dia juga akan mengkonsultasikan
kondisi anak dengan guru disekolah sehingga diharapkan pihak sekolah dapat
mengakomodasi situasi belajar yang paling maksimal yang dapat mendukung
kemampuan komunikasi anak; juga bekerja sama dengan pihak sekolah untuk
mendiskusikan teknik-teknik terapi yang paling efektif dan paling cocok
diterapkan untuk masalah spesifik anak tersebut. Penggunaan alat bantu dengar
sangat bermakna bagi anak dengan gangguan dengar sedang sampai berat. Anak yang
tuli membutuhkan stimulasi dini yang konsisten dan juga alat bantu komunikasi
lain seperti „sign
language“, „finger spelling“, bahasa isarat dan juga tentunya alat
bantu dengar tersebut.
Teknologi
yang canggih juga banyak membantu anak anak yang mengalami gangguan
bicara/bahasa akibat keterbatasan fisik. Penggunaan media komunikasi elektronik
dapat membantu individu berkomunikasi tanpa bicara langsung sehingga mereka
tetap dapat mengkomunikasikan isi pikirannya.
Timbulnya gangguan emosional dalam komunikasi dapat
menyebabkan proses komunikasi yang kurang efektif. Emosi merupakan bagian yang
tidak bisa dipisahkan dari individu. Dalam proses komunikasi, emosi bisa timbul
begitu saja terutama terkait dengan pengiriman informasi, proses penyaluran
informasi hingga penerimaan informasi (baca juga: Elemen komunikasi
interpersonal). Bila terjadi gangguan emosional, maka komunikasi yang
berlangsung bisa saja menjadi rusak dan kurang begitu dipahami. Tentu saja ini
perlu dihindari sehingga kita bisa tetap melangsungkan komunikasi sesuai dengan
tujuan awal.
Ada beberapa jenis dari gangguan emosional ini yang
merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi. Kita bisa mengidentifikasinya supaya bisa mengatasi
gangguan tersebut dan tidak menyebabkan rusaknya proses komunikasi yang ada.
Berikut ini adalah beberapa macam gangguan emosional yang mungkin saja bisa
terjadi selama tahap-tahap
komunikasi sedang berlangsung:
1.
Obsesif kompulsif
Obsesif kompulsif merupakan salah satu bentuk dari gangguan
emosional yang bisa mengganggu proses komunikasi. Seseorang mungkin akan banyak
berdecak atau melakukan hal-hal lain yang sifatnya sangat mendistraksi. Untuk
mengatasinya, kita perlu memfokuskan pihak yang terlibat dalam komunikasi dan
membuat suasana yang nyaman sehingga gejala obsesif kompulsif ini tidak muncul.
2.
Kecemasan
Seseorang yang cemas akan memiliki persepsi lebih sempit. Ini
akan membuat proses komunikasi tidak berjalan dengan baik. Seseorang dengan
persepsi yang menyempit akan sulit menerima informasi baru. Oleh karenanya,
kita perlu mengatur supaya seseorang lebih tenang terlebih dahulu baru
melanjutkan proses komunikasi. (Baca juga: Saluran komunikasi
dalam organisasi)
3.
Panik
Akumulasi dari kecemasan yang berlebihan adalah panik. Panik
biasanya akan mempersempit persepsi seseorang hingga hampir semua jenis
informasi yang diterimanya akan ditolak. Ini jelas akan membuat proses
komunikasi tidak efektif sama sekali. Untuk mengatasinya, kita bisa menenangkan
lawan bicara terlebih dahulu hingga persepsinya kembali meluas.
4.
Konflik
Konflik yang terjadi akan menimbulkan suatu hal yang lebih
sensitif bagi seseorang. Seseorang mungkin akan cenderung memberikan sikap
penolakan karena sedang menghadapi konflik. Bila sudah demikian, maka proses
komunikasi jelas tidak akan terjadi dengan baik karena adanya gangguan
emosional dalam komunikasi. Konflik merupakan hambatan komunikasi
antar pribadiyang bisa terjadi.
5.
Frustasi
Frustasi biasanya disebabkan oleh penyampaian pesan yang
gagal atau kegagalan dalam menerima pesan tersebut. Frustasi ini akan menyebabkan
seseorang dalam keadaan stress tinggi. Masing-masing koping seseorang akan
berbeda-beda. Ada yang akan mengabaikannya dan meninggalkan proses komunikasi,
namun ada yang kemudian tetap maju dan menimbulkan kesan kurang baik.
6.
Marah
Bentuk frustasi yang terkumpul tadi kemudian akan
direpresentasikan dalam amarah. Ini adalah gangguan emosi yang biasanya akan
memicu terjadinya konflik. Manakala seseorang tidak berkenan dengan apa yang
menjadi kepercayaannya, biasanya respon marah bisa terjadi. Perasaan yang
tersinggung adalah penyebab utama dari marah.
7.
Pasif
Sikap pasif juga bisa ditunjukkan sebagai bentuk dari
pengabaian terhadap proses komunikasi yang kurang berhasil tadi. Seseorang akan
cenderung menunjukkan sikap yang tidak peduli dan tidak berminat sama sekali
terhadap proses komunikasi. Ini merupakan gangguan emosi yang mungkin
memerlukan pendekatan khusus supaya kepercayaan seseorang bisa dibangun lagi.
(Baca juga: Teori pertukaran sosial)
8.
Agresif
Agresivitas sebenarnya hampir mirip dengan amarah, namun
agresivitas tidak selalu berarti negatif. Seseorang yang hiperaktif mungkin
akan selalu banyak berbicara dan mendominasi sehingga jalannya komunikasi tidak
efektif. Ini adalah gangguan emosional dalam komunikasi yang termasuk sering
kali dialami banyak orang.
Demikian penjelasan terkait apa saja gangguan emosional dalam
komunikasi yang ternyata bisa menimbulkan kesalahpahaman antara komunikan juga
komunikator. Oleh karena itu harus didistorsi agar timbul komunikasi yang
efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar