Pengikut

Senin, Oktober 01, 2018

EMPATI SEKOLAH TERHADAP ABK ANTARA PELAKSANAAN K-13 DAN SEKOLAH INKLUSI


EMPATI SEKOLAH TERHADAP ABK ANTARA PELAKSANAAN K-13 DAN SEKOLAH INKLUSI

 

Sekolah sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum, ditujukan untuk melayani semua peserta didik, pada semua jenjang pendidikan. Kurikulum sendiri berarti seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu. kurikulum terbaru pada tahun 2013, menekankan pada peningkatan dan kesimbangan soft skill dan hard skill, yang meliputi kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Pada K-13, yang awalnya kompetensi diturunkan dari pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan menjadi kompetensi.

Pada Sekolah Dasar, berbentuk tematik integratif, pada SMP/SMA menjadi Mata pelajaran, sedangkan pada jenjang SMK menjadi vokasi. Perbedaan yang tampak pada K-13 dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, pelaksanaan belajar tidak hanya beradadi dalam kelas, tapi juga diluar kelas, di lingkungan sekolah dan masyarakat. Penyajian materi yang pada awalnya bersifat satu arah, berubah menjadi suatu hal yang bisa mebuat anak bertanya, diskusi dan menyajikan kesimpulan.

Selaim melaksanakan program K_13, pemerintah juga telah menerapkan program inklusi pada sekolah reguler tertentu, dimana sekolah tersebut bisa menampung anak dengankebutuhna khusus. Dasar hukum pelaksanakan sekolah inklusi ini adalah, UUD 1945 pasal 31, UU no 20 tahun 2013 tentang sisdiknas, UU no 4 tahun1997 tentang penyandang cacat, dan Permendiknas no 70 tahun 2009, bagi anak :

1.      Kelainan

2.      Potensi kecerdasan tertentu

3.      Bakat Istimewa

Bagi yang berkelainan atau berkebutuhn khusus, seperti tuna netra, tuna rungu, tuna grahita (ringan, sedang dan berat), lambat belajar, autisme, anak korban narkotika .

Pada kenyataannya banyak sekolah reguler yang enggan untuk menerima ABK, karena “kekhawatiran”, proses belajar akan terhambat. Namun pada kenyataannya, justru akan timbul suatu “suasana” baru di dalam kelas, dimana akan tumbuh rasa empati, menolong dari teman- teman anak di dalam kelas, untuk berbagi dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang ada.

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar: