Pengikut

Sabtu, April 26, 2008

seksualitas bagi anak autis

PENDIDIKAN SEKSUALITAS BAGI INDIVIDU AUTIS[1]

Menurut Adams (1997), tujuan pendidikan seks bagi individu autis adalah untuk membuat individu:

- sadar dan menghargai ciri seksualitas diri sendiri

- memahami perbedaan mendasar antara anatomi pria dan wanita, serta peran masing-masing jender dalam reproduksi manusia

- mengerti perubahan fisik dan emosi yang akan dialaminya, termasuk masalah-masalah
seperti menstruasi, mimpi basah, perasaan yang berubah-ubah, tumbuhnya buludi
sekujur tubuh, perubahan bau badan dsb.

- memahami bahwa tidak ada seorangpun punya hak melakukan tindakan seksual atas dirinya tanpa izin

- memahami tanggung jawab yang terlibat bila kita memiliki keturunan

- memahami bahwa cara-cara kontrol kelahiran (metode keluarga berencana) harus dilakukan, kecuali anak memang dikehendaki dan dapat dirawat dengan baik serta bertanggung jawab

- memahami peran dan tanggung jawabnya dalam menjaga kesehatan diri dan orang lain

- tahu dan dapat mencari bantuan untuk masalah-masalah tertentu bilamana diperlukan (manakala terjadi pelecehan atau penularan penyakit)

- memahami makna norma masyarakat mengenai perilaku seksual yang pantas di
lingkungannya

Sambil mengingatkan bahwa setiap individu berbeda, Schwier & Hingsburger (2000) mengusulkan untuk mengajarkan beberapa hal sesuai usia mental anak:

Antara 3-9 tahun

- Beda laki dan perempuan (anatomi, kebiasaan, emosi, tuntutan lingkungan dsb)

- Beda tempat publik dan pribadi, nama anggota badan

- Proses kelahiran bayi

Antara 9-15 tahun

- Menstruasi

- Mimpi basah

- Perubahan fisik lainnya

- Cara mengenali dan mengatakan ‘tidak’ pada sentuhan seksual oleh orang lain

- Proses ‘pembuahan’ yang menghasilkan bayi

- Perasaan dan dorongan seksual

- Masturbasi

Usia 16 tahun dan lebih

- Proses terjadinya hubungan antar pribadi

- Proses berkembangnya dorongan seksual dan bagaimana mengatasinya

- Homoseksualitas (perasaan senang pada teman sejenis)

- Beda antara cinta kasih dan hubungan seks

- Hukum dan konsekuensi dari menyentuh orang lain secara seksual

- Pencegahan kehamilan, metode keluarga berencana

- Penularan penyakit seksual

- Tanggung jawab perkawinan dan memiliki anak

Ada 2 (dua) jenis pengarahan yang diperlukan anak sehubungan dengan topik di atas, yaitu:

1. Anak harus tahu batasan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dari perilakunya.

Misal: tidak boleh membuka baju di depan orang lain, bagian tubuh mana dari orang lain yang masih pantas untuk disentuh (tangan, bahu), atau bagaimana menjaga kebersihan tubuh.

2. Anak harus diajarkan dasar-dasar ketrampilan sosial. Tanpa dasar seperti ini, ia akan sulit memasuki tahapan yang lebih rumit dari hubungan antar manusia seperti persahabatan, cinta, perkawinan, sampai ke hubungan seks. Biasanya individu tersebut sendiri yang menunjukkan apakah ia memiliki kebutuhan untuk sekedar berteman atau membentuk hubungan antar individu yang lebih rumit.

Dalam menetapkan kebutuhan pengajaran pada anak, diperlukan pengamatan intensif. Misal: Anto disuruh teman-teman sebayanya mendatangi seorang gadis dan menyentuh dada gadis tersebut. Atau, Ali yang berdiri di kamar mandi dan buang air kecil dengan celana yang diturunkan hingga ke mata kaki.

Sekilas tampaknya perilaku-perilaku tersebut tergolong perilaku seksual yang tidak pantas, tapi sesungguhnya lebih mewakili ketidak tahuan anak akan ‘hukum aturan sosial’ yang berlaku. Anto tidak tahu bahwa tidak boleh asal menyentuh dada gadis, sementara Ali juga tidak tahu bagaimana buang air kecil yang sepantasnya bagi pria dewasa.

Tidak cukup hanya meminta anak membedakan bagian tubuh atau memahami bagaimana bayi terjadi.

Penting mengintegrasikan aspek fisik, emosi dan sosial pada saat mengajarkan beberapa hal di atas. Anak harus mengerti sikap, nilai dan ketrampilan dasar tertentu untuk dapat berespons pada situasi yang berbeda-beda. Misalnya ketika belajar mengenai payudara-nya sendiri, seorang anak gadis harus tahu bahwa:

~ Payudara memiliki tujuan estetika dan tujuan fungsi (aspek fisik)

~ Payudara adalah bagian tubuh yang ‘pribadi’ (aspek sosial)

~ Tidak nyaman membicarakan bagian-bagian tubuh pribadi begini, maka penting menemukan seseorang yang bersedia menjawab pertanyaan dan masalah (aspek sosial)

~ Banyak cara menolak upaya-upaya yang tidak diinginkan bila seseorang berusaha menyentuh payudaranya (ketrampilan)

~ Kalau ada orang lain berusaha menyentuh payudaranya, ia mungkin akan merasa tidak nyaman (aspek emosional).

Selain pengertian tentang perubahan fisik, aspek sosial, ketrampilan dan emosional; penting mengembangkan perasaan positif terhadap diri sendiri ( = self love & self acceptance ). Perasaan positif terhadap diri sendiri ini sangat penting dan menentukan. Beberapa kasus membuktikan kemungkinan yang sangat memprihatinkan bila seorang individu tidak merasa diterima apa adanya. Misal: Seorang wanita tidak suka penampilan dan dirinya sendiri. Begitu bencinya ia pada dirinya sendiri, sehingga ia bahkan tidak bisa bercermin. Setiap kali ia melihat bayangan dirinya sendiri, ia akan memukuli dirinya. Atau wanita lain yang hanya bisa berbisik ketika diminta menjawab pertanyaan orang lain. Atau wanita lain yang begitu saja membiarkan dirinya dijadikan obyek oleh laki-laki karena mendambakan kemungkinan melupakan bahwa dirinya ‘tidak menarik’ sehingga bahkan pelecehan atas dirinya ia biarkan saja karena ia artikan sebagai bentuk perhatian dari seseorang terhadap dirinya.Yang penting adalah memperhatikan tingkat pemahaman, kemampuan berbahasa, tingkat fungsi sosial, perilaku dan kematangan emosi setiap individu sehingga materi pengajaran juga dapat disesuaikan dengan kondisi anak.



[1] Disarikan dari berbagai sumber.